Selasa, 10 Desember 2019
Medan – Setiap tahunnya, 1 Desember diperingati sebagai Hari HIV AIDS Sedunia. Melansir laman WHO, tema Hari HIV AIDS Sedunia tahun ini adalah “Komunitas Membuat Perbedaan”. Komunitas berperan sangat besar dalam mendukung pemberian pelayanan HIV AIDS dan juga membela HAM yang juga layak bagi Orang dengan HIV AIDS (ODHA). Tujuan peringatan Hari HIV AIDS Sedunia adalah untuk menumbuhkan kesadaran yang lebih besar tentang dampak HIV AIDS terhadap keluarga, bukan hanya kelompok-kelompok yang selama ini distigmatisasi sehingga tercapai angka 3 zero yaitu pertama tidak ada infeksi baru HIV, kemudian tidak ada kematian akibat AIDS, dan yang terakhir tidak ada stigma dan diskriminasi untuk mencapai eliminasi HIV pada 2030 mendatang.
“Kami sangat berterima kasih kepada pengurus yayasan yang peduli AIDS sampai saat ini tetap peduli dengan pasien AIDS yang dirawat di Rumah Sakit Adam Malik, juga dokter dan perawat yang berugas di unit Pusyansus RSUP H Adam Malik. Acara ini sekaligus sebagai motivasi untuk dapat meningkatkan pelayanan bagi PUSYANSUS,” kata Direktur Medik dan Keperawatan RSUP H Adam Malik, dr Zainal Safri SpPD (K) SpJP (K) pada acara Peringatan Hari AIDS Sedunia di RSUP H Adam Malik, Selasa. (10/12/2019)
RSUP H Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A yang menyediakan fasilitas pelayanan pasien HIV AIDS yang didukung oleh dokter sub spesialis di Pusat Layanan Khusus (Pusyansus). Rumah Sakit milik Kementerian Kesehatan RI ini merupakan Rumah Sakit yang paling banyak menangani pasien HIV AIDS. Zainal menambahkan, sampai saat ini sudah bekerja sama dengan lima Rumah Sakit di Kota Medan.
Sejalan dengan itu, dr Tambar Kembaren SpPD K-PTI mengaku pengetahuan tentang HIV AIDS sering keliru sehingga terbentuk pendiskriminasian terhadap ODHA
“SDM dan fasilitas Rumah Sakit kami siap untuk merawat semua pasien penderita HIV AIDS. Data 2019 menyebutkan, dari 734 kasus yang diperiksa jumlah virusnya, ditemukan yang tersupresi itu 90% yang artinya, apa yang dicanangkan pemerintah sudah berhasil dilaksanakan di Rumah Sakit ini,” tegasnya.
Untuk mencapai angka 3 zero, dr Restuti Hidayani Saragih SpPD FINASIM MHKes menyebutkan dari 90% diusahakan pasien yang sudah positif HIV mendapat pengobatan Antiretroviral (ARV). Obat tersebut berguna untuk meredam aktivitas virus. Agar bekerja maksimal, obat tersebut harus diminum secara rutin oleh ODHA. Oleh sebab itu pendistribusian ARV harus sampai ke Puskesmas. Semakin banyak masyarakat yang sadar dan mengetahui HIV dan tidak menularkan virusnya ke orang lain, serta mendapatkan pengobatan ARV dini, dapat mendorong percepatan tercapainya penurunan epidemi HIV agar Indonesia dapat mencapai ‘3 Zero.
“Paradigma kita harus diubah sesuai dengan kenyataan ilmiah medis, bahwa HIV adalah penyakit kronis sama seperti Diabetes Melitus, penyakit Jantung Korener, Kanker, dan sebagainya yang akan diderita seumur hidup. Yang membedakan, penyakit HIV dapat menular namun penularan ini tidak mudah, yaitu melalui hubungan seksual yang tidak aman (tidak pakai pelindung), penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi,” ucap dokter yang aktif di organisasi Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI).
Restuti menambahkan, semua warga negara Indonesia yang menderita HIV AIDS berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan hak atas pendidikan, serta larangan tes wajib. Hal ini karena dasar hukum tes HIV AIDS sifatnya sukarela sesuai prinsip 5 C, concent, confidentiality, counseling, correct, connection to care-support-treatment. Sesorang yang sudah terinfeksi HIV AIDS harus segera mendapatkan obat as soon as possible.
Pengetahuan tentang HIV AIDS sangat penting untuk pengendalian dan pencegahan HIV AIDS, dengan pengetahuan yang cukup diharapkan akan tercapai target zero growth, yaitu tidak ada lagi infeksi yang disebabkan HIV AIDS sehingga tidak ada kematian akibat HIV AIDS, dan yang lebih penting, tidak ada diskriminasi pada penderita HIV AIDS.
Acara yang juga diisi dengan jalan santai dan senam bersama ini dihadiri oleh perwakilan DPRD Sumut, Wakil Ketua DPRD Kota Medan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Direktur Rumah Sakit USU, serta beberapa organisasi masyarakat yang berkecimpung di pelayanan HIV AIDS. (*/swt)