Tumor otak dapat berasal dari elemen saraf pada jaringan otak, atau penyebaran kanker ganas di tempat lain (metastase). Tumor otak primer yang berasal dari jaringan otak diperkirakan sekitar 50 % dari seluruh kasus tumor intra kranial. Pada usia dewasa 2/3 kasus tumor otak berada di daerah supra tentorial, sedangkan pada kasus anak 2/3 kasus berlokasi di daerah infra tentorial.
Istilah tumor otak pada praktek sehari hari kerap disinonimkan dengan tumor intra kranial. Hal ini sesungguhnya tidak tepat, mengingat terminologi “tumor otak” memberikan pengertian suatu proses neoplasma dari jaringan otak (termasuk otak besar, otak kecil, batang otak, hipofisis, sistem ventrikel otak dan pleksus koroideus); sedangkan tumor intra kranial adalah tumor yang berada dalam rongga intra kranial, yang dapat berupa tumor dari jaringan otak maupun dari jaringan lain (misalnya meningioma dan limfoma).
Data epidemiologi tumor otak di Indonesia sampai saat ini masih sangat tidak memadai. Hal ini disebabkan teknik diagnostik yang masih kurang optimal dan masalah pencatatan kasus yang tidak lengkap. Pendataan di negara maju juga kadangkala tidak begitu mudah dirangkum, karena teknik pengklasifikasian yang tidak selalu sama antara sentra yang satu dengan yang lain. Angka insidensi global diperkirakan 8-10 kasus per 100.000 populasi per tahun (A.H Kaye,Essentials of Neurosurgery).
Penyebab timbulnya tumor otak belum sepenuhnya diketahui. Namun demikian seperti halnya keganasan pada anggota tubuh yang lainnya, faktor genetik dan pengaruh lingkungan diduga memiliki peran yang cukup bermakna, meskipun sebagian besar dianggap terjadi secara sporadik. Berbagai penelitian, terutama dari aspek biologi molekuker, masih terus dilakukan hingga saat ini.
Tumor otak dapat menyerang segala usia dan tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan, dengan tanda-tanda/gejala klinis meliputi:
A. Gejala umum
Dijumpai gangguan fungsi akibat adanya pembengkakan otak dan peninggian tekanan dalam tengkorak kepala seperti:
B. Gejala spesifik/fokal
Akibat adanya kerusakan dan penekanan jaringan saraf atau otak, berdasarkan dimana lokasi tumor berada.
Pemeriksaan CT scan dan MRI merupakan pemeriksaan radiologis esensial pada kasus tumor otak. Pemeriksaan MRI dengan penambahan zat kontras merupakan gold standard penunjang diagnostik untuk menegakkan diagnosa tumor otak secara akurat.
Tumor otak memberikan permasalahan klinis yang agak berbeda dengan tumor lain karena efek yang ditimbulkannya dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Tumor otak yang menyebabkan kerusakan pada jaringan otak secara langsung akan menyebabkan gangguan fungsional dari sistem saraf pusat, berupa gangguan motorik, sensorik, panca indera bahkan kemampuan kognitif. Selain itu, efek massa yang ditimbulkan tumor otak juga akan memberikan problem serius mengingat tumor berada dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu ruang tertutup dengan ukuran tetap. Di sisi lain, sebagian besar terapi (tindakan bedah dan non bedah) memberikan efek samping dan resiko komplikasi yang tidak kalah seriusnya. Tindakan operatif maupun radioterapi tidak jarang terpaksa menyebabkan terjadinya efek samping kerusakan jaringan otak disekitar massa tumor. Berdasarkan hal-hal tersebut, tidaklah berlebihan bila ada yang mengatakan bahwa tumor otak merupakan tumor yang paling menakutkan bagi pasien.